“Sejak Allah menumbuhkan benih jabang bayi dalam perut perempuan, ruh sang ibu telah terbagi dalam jiwa-jiwa yang dilahirkan,” ~ (hal. 10)
Konon, sepasang saudara kembar memiliki ikatan batin yang sangat kuat. Ketika salah satu mengalami kesulitan, yang lainnya merasakannya juga.
Ning dan Ayuni adalah saudara kembar identik yang hanya terpisah beberapa menit. Meskipun tidak sepenuhnya identik, wajah mereka sangat mirip. Mereka selalu kompak, terutama setelah kehilangan ayah dan kakak laki-laki mereka.
Sebagai kakak, Ning telah banyak berkorban untuk keluarganya, mengambil tanggung jawab sebagai tulang punggung. Ayuni, yang menghargai pengorbanan kakaknya, menerima tawaran pekerjaan di Jakarta untuk meringankan beban Ning dan mewujudkan impian ibu mereka.
Saya awalnya membaca buku ini hanya untuk sekadar melihat-lihat, tetapi segera terhanyut dalam ceritanya 😁. Novel ini menarik perhatian saya sejak paragraf pertama. Terinspirasi dari kisah nyata, “Bidadari Berbisik” juga meraih penghargaan Mastera pada 2005.
Sayangnya, impian Ayuni tidak terwujud, dan ia harus berpisah selamanya dari keluarganya. 😭😭😭
“Selamanya kita berbagi jiwa. Kamu dalam jiwaku, dan aku dalam jiwamu,” ~ (hal. 27)
Seperti karya-karya Asma Nadia sebelumnya, plot dalam “Bidadari Berbisik” sangat terstruktur dan ritmis. Asma Nadia memperkenalkan tokoh-tokohnya dengan detail yang dramatis, sehingga keputusan mereka terasa masuk akal. Motivasi setiap tokoh, seperti mengapa Ayuni ingin bekerja di Jakarta, mengapa Nyonya Lili sangat kejam, dan mengapa Iman Arif peduli dengan kematian Ayuni, sangat jelas.
Bahasa yang digunakan Asma Nadia juga sangat efektif. Banyak bagian yang membuat saya merinding dan terhanyut dalam ceritanya. Narasinya sangat mengena meskipun bahasa yang digunakan seringkali langsung dan tanpa bertele-tele.
Bagian paling menegangkan adalah klimaks menjelang akhir. Saya benar-benar merasakan ketegangan Ning. Pada awalnya, saya merasa bahwa keberadaan Ning di rumah Nyonya Lili terlalu kebetulan, sehingga saya menduga adanya konspirasi 😁. Ternyata, saya benar dan salah dalam beberapa hal 🙈. Plot twist-nya sangat mengejutkan. Saya sangat senang Asma Nadia kembali menulis thriller yang memikat seperti ini. Novel thriller terakhir yang saya baca adalah “Pedantren Impian”, yang merupakan favorit saya, meskipun versi filmnya sangat berbeda dari novelnya 😭. Semoga jika “Bidadari Berbisik” difilmkan, tidak terlalu banyak dimodifikasi.
Meskipun ada potensi untuk stereotip, Asma Nadia berhasil menghindarinya dengan menekankan bahwa tidak semua kelompok berperilaku sama. Selain itu, dia juga menjelaskan fenomena supranatural sesuai aqidah, yang sangat penting untuk menghindari salah kaprah.
Satu-satunya kekurangan saya adalah blurb di belakang buku yang menurut saya terlalu banyak mengungkapkan isi cerita. Beberapa elemen kejutan sebaiknya disimpan untuk pembaca menemukannya sendiri setelah membaca.